Ziarah Makam Antara Tradisi dan Praktek Kemusyikan

  • Subri Subri STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung
Keywords: Pilgrimage, Tomb, Tradition, Polytheism

Abstract

Abstract:

Graves or tombs in the paradigm of belief are the final terminal of life after world life, even though the grave or tomb is considered as an inanimate object but it is one of the representations of socio-cultural phenomena in the Muslim community from the past until now, including people in Bangka Belitung. The tomb or tomb is a representation of the past and present patterns of thinking of the community in obtainingsolutions to various kinds of life problems both economic, social, political and cultural problems.Even more than that, he also as a representation of the attitude of religiosity of the community in interpreting the relationship between humans as beings with God as creator. The graves or tombs of the Kyai, Alim Ulama, the Habaibs and even the trustees have been interpreted as mediators between humans and God by means of a superstition. Tawassul is a way to utilize the mediator.
Theoretically, Islam does emphasize the existence of mediators / wasilah between humans and God, but the cult of their tombs indicates that there has been a difference between theory and practice.

Abstrak:

Kuburan atau makam dalam paradigm keyakinan merupakan terminal akhir dari kehidupan setelah kehidupan dunia, meskipun kuburan atau makam itu dianggap sebagai benda mati namun ia salah satu representasi dari fenomena sosial budaya pada kalangan masyarakat muslim dari dulu hingga sekarang, termasuk masyarakat di Bangka Belitung. Kuburan atau makam tersebut merupakan representasi dari pola berpikir masyarakat yang lalu dan sekarang dalam memperoleh solusi dari macam ragam masalah kehidupan baik masalah perekonomian, sosial, politik dan budaya. Bahkan lebih dari itu, ia juga sebagai representasi sikap religiusitas masyarakat dalam memaknai hubungan antara manusia sebagai makhluk dengan Tuhan sebagai pencipta. Kuburan atau makam para Kyai, Alim Ulama, para Habaib bahkan para wali telah dimaknai sebagai mediator antara manusia dengan Tuhan dengan cara bertawassul. Tawassul adalah cara untuk memanfaatkan mediator itu. Secara teoritis, Islam memang menegaskan adanya mediator / wasilah antara manusia dengan Tuhan, tapi pengkultusan terhadap makam-makam mereka tersebut mengindikasikan bahwa telah terjadi perbedaan antara teori dan prakteknya.

Downloads

Download data is not yet available.
Published
2017-07-31
How to Cite
Subri, S. (2017). Ziarah Makam Antara Tradisi dan Praktek Kemusyikan. Edugama: Jurnal Kependidikan Dan Sosial Keagamaan, 3(1), 67-87. https://doi.org/10.32923/edugama.v3i1.684